TANTANGAN DAN PELUANG TENAGA KERJA PARIWISTA LUAR NEGERI |
Written by Kusmayadi | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Wednesday, 09 June 2010 16:26 | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Oleh: Kusmayadi Bidang Pengembangan Akademik DPP Hildiktipari Peneliti Kepariwisataan, Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Pariwisata merupakan salah satu industri raksasa dunia yang mendorong pertumbuhan sektor ekonomi paling cepat. Kalau pada tahun 1950 tercatat 25 juta wisatawan internasional, maka angka tersebut meningkat menjadi 277 juta pada tahun 1980 dan menjadi 438 juta pada tahun 1990 (tujuh belas kali lipat dari 1950), bertambah dua kali lipat menjadi 920 juta (tahun 2008[1]), namun karena terjadi krisis global, jumlah kunjungan menurun 4% menjadi 880 juta pada tahun 2009[2]. Walaupun terjadi penurunan, industri pariwisata sudah kembali pulih terutama di Asia Pasifik, sehingga tahun 2010, kontribusi pariwisata terhadap PDB diperkirakan akan mencapai 9,2% (US $5.751 milyar) dengan pertumbuhan 0,5% (2009: -4,8%), serta menciptakan 235,8 juta kesempatan kerja (8,1% dari kesempatan kerja dunia), atau 1 kesempatan pada setiap 12,3 pekerjaan, adalah di sektor pariwisata[3]. Informasi perkembangan pariwisata internasional di atas sangat penting, karena kunjungan wisatawan secara langsung menghasilkan layanan, produk, mata uang asing, kesempatan kerja, peluang usaha dan investasi. Bahkan di negara-negara yang mengandalkan pariwisata sebagai lokomotif pembangunannya, pariwisata memiliki dampak ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan yang sangat luas. Secara ekonomi, sektor pariwisata memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi Indonesia. Kalau pada tahun 2006 menduduki urutan ke-6 dalam perolehan devisa, maka pada tahun 2008 meningkat menjadi urutan ke-4 setelah migas, minyak sawit dan karet olahan. Kegiatan ekonomi juga telah berdampak terhadap penciptaan 6,98 juta kesempatan kerja lansung atau 6,81% dari lapangan kerja nasional pada tahun 2008[4] (capaian kinerja pariwisata, Tabel 1). Dalam hal ini, Indonesia termasuk 10 besar yang menyerap tenaga kerja bidang pariwisata setelah China (64.625,1 ribu), India (24.265,5 ribu), Amerika Serikat (16.820,9 ribu), dan Jepang (7.180,0 ribu), Indonesia (7.089,9[5] ribu) Dalam kaitan dengan aspek sosial, salah satu peran pariwisata dapat dilihat dari program internasional dalam mengurangi kemiskinan dan harmonisasi sosial. Kegiatan ini, telah dimulai sejak hari pariwisata dunia tahun 2003, yang ditindaklanjuti dengan berbagai kegiatan antara lain jaringan Sustainable Tourism-Eliminating Poverty (STEP) yang mengkoordinasikan pilot project dan mobilisasi pendanaan. Dalam mengurangi kemiskinan, pada hakekatnya pariwisata tidak berbeda dengan sektor produktif lain, namun ada empat keunggulan yang potensial pada sektor ini (WTO, 2003) yaitu (1) memiliki potensi lebih besar untuk link dengan pengusaha lokal lainnya karena kastemer datang ke daerah tujuan wisata, (2) intensif tenaga kerja dan penyerapan tenaga wanita relative tinggi, (3) potensial pada negara-negara miskin dan wilayah yang tidak memiliki daya saing komoditi ekspor (4) produk pariwisata dapat dikembangkan berdasarkan sumber daya alam dan budaya yang merupakan asset yang dimiliki masyarakat lokal. Tabel 1. Capaian Kinerja Pariwisata (2008[6])
Dengan memperhatikan kinerja sektor pariwisata tersebut, maka Indonesia yang memiliki jumlah tenaga kerja melimpah, mempunyai peluang besar dalam mengisi tenaga kerja bidang pariwisata. Namun di sisi lain, Indonesia belum melakukan upaya-upaya maksimum untuk memanfaatkan peluang tersebut, yang dapat dilihat dari (1) belum adanya upaya yang sistematis dan strategis untuk menyediakan tenaga kerja trampi dengan kualifikasi dan kompetensi yang memadai, (2) belum adanya trategi secara nasional untuk mengimplementasikan standar-standar kompetensi kerja baik dari sisi penyedia maupun pengguna tenaga kerja pariwisata, (3) belum adanya sistem distribusi dan informasi nasional yang mempertemukan antara permintaan dan penawaran tenaga kerja bidang pariwisata (demand and supply side), (4) belum adanya sistem monitoring penggunaan tenaga kerja bidang pariwisata, sehingga sulit memperoleh informasi tentang utilisasi sumber daya tenaga kerja bidang pariwisata. Berdasarkan kondisi tersebut, maka makalah ini akan mencoba mengajukan pemikiran dan urun rembuk bagi pengembangan sumber daya pariwisata melalui telaah literatur dan kompilasi kajian empirik. Sistematika uraian akan dimulai dari pembatasan lingkup pariwisata agar berangkat dari cara pandang yang sama terhadap industri, permintaan, penawaran dan pemanfaatan serta usulan strategi.
Sebelum mendiskusikan tenaga kerja pariwisata, ada baiknya kita sepahamkan dulu tentang ruang lingkup industri pariwisata, karena permintaan tenaga kerja berasal dari sektor tersebut. Istilah pariwisata[7] mengacu pada berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Sementara terminologi ‘Kepariwisataan’ menyangkut keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha. Adapun Tourism Satellite Account (TSA) mendefinisikan “…tourism industries as all establishments whose principal productive activity is a tourism characteristic activity”. World Tourism Organization (WTO) mengembangkan Standard International Classification of Tourism Activities (SICTA) yang dipadankan atas Standard Industrial Classification of all Economic Activities (ISIC). Di samping itu, ditetapkan pula pengklasifikasian Tourism Characteristic Product (TCP) yang mengacu pada pengkodean yang digunakan oleh UN Central Product Classification (CPC). Di dalam CPC, industri pariwisata terdapat pada tujuh kelompok besar (WTO, 2000[8]) yaitu: 1. accomodation services. Industri ini meliputi jasa hotel dan motel, pusat liburan dan home holiday service, jasa penyewaan furniture untuk akomodasi, youth hostel service, jasa training anak-anak dan pelayanan kemping, pelayanan kemping dan caravan, sleeping car service, time-share, bed and breakfast dan pelayanan sejenis. 2. food and beverage-serving services. Yang termasuk ke dalam industri adalah full-restoran dan rumah makan, kedai nasi, catering service, inflight catering, cafĂ©, coffee shop, bar dan sejenis yang menyediakan makanan dan minuman bagi wisatawan. 3. passenger transport services. Yang termasuk kelompok ini antara lain jasa angkutan darat seperti bis, kereta api, taxi, mobil carteran; jasa angkutan perairan baik laut, danau, maupun sungai meliput jasa penyeberangan wisatawan, cruise ship dan sejenisnya. Dan terakhir adalah jasa angkutan udara melalui perusahan-perusahaan airlines. Di samping itu, sector pendukung antara lain navigation and aid service, stasion bis, jasa pelayanan parker penumpang, dan lainnya. 4. travel agency, tour operator and tourist guide services. Yang termasuk kepada kelompok ini antara lain, agen perjalanan, konsultan perjalanan, biro perjalanan wisata, pemimpin perjalanan dan yang sejenis. 5. cultural services. Jasa pagelaran tari dan fasilitas pelayanan tarian, biro pelayanan penari dan sejenisnya. Jasa pelayanan museum kecuali gedung dan tempat bersejarah, pemeliharaan gedung dan tempat bersejarah, botanical and zoological garden service, pelayanan pada perlindungan alam termasuk suaka margasatwa. 6. recreation and other entertainment services. Yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah pelayanan olah raga dan olah raga rekreasi, pelayanan golf course, ski, sirkuit balapan, taman rekreasi dan pelayanan pantai. Pelayanan taman bertema, taman-taman hiburan, pelayanan pameran dan sejenisnya. 7. miscellaneous tourism services. Yang temasuk kelompok ini adalah jasa keuangan, asuransi, tempat penukaran mata uang dan yang sejenis. Kita juga sangat familiar dengan istilah hospitaliti (hospitality), yaitu suatu terminologi yang dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang, misalnya sosial, pribadi (private), komersial, industri, korporat dan venue. Secara umum, hospitaliti merupakan interaksi antara tuan rumah (hosts) dengan tamu (guests) pada saat yang bersamaan mengkonsumsi makanan/minuman dan akomodasi. Dengan pendekatan sosial yang mendasar dari hospitaliti adalah membangun relasi materi dan simbolik antara tuan rumah dengan tamu pada tingkat sosial yang sama. Dari pendekatan pribadi, hospitaliti merupakan penyediaan makanan dan minuman serta akomodasi untuk tamu dengan genuine concerne untuk mencapai happiness. Sementara itu, dari pendekatan komersial, hospitaliti berperan untuk entertain dalam konteks bisnis yang mengandung perhitungan untung rugi[9]. Namun batasan yang banyak diacu oleh kalangan idustri adalah “....hospitality industry as all companies involved in providing services for guests (hotels, inns, restaurants, and other recreational activities”[10]. Dari pemahaman ini, Baker and Jeremy[11] mengidentifikasi industri hospitaliti dan pariwisata seperti pada Gambar 1. Sementara itu, pemerintah Indonesia menggolongkan sub sektor pariwisata menjadi 13 bidang usaha yaitu[12]: (1) Daya Tarik Wisata (2) Kawasan Pariwisata (3) Jasa Transportasi Wisata (4) Jasa Perjalanan Wisata (5) Jasa Makanan & Minuman (6) Penyediaan Akomodasi (7) Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan & Rekreasi (8) Penyelenggaraan Pertemuan, Perjalanan Insentif, Konferensi & Pameran (9) Jasa Informasi Pariwisata (10 Jasa Konsultan Pariwisata (11) Jasa Pramu Wisata (12) Wisata Tirta (13) Spa. Dari 13 kelompok ini, baru mengidentifikasi 35 jenis usaha pariwisata sebagai turunannya[13]. Namun patut disayangkan, bahwa klasifikasi industri pariwisata yang dikembangkan di Indonesia belum disusun acuan atau padanan dengan klasifikasi internasional.
Dalam mengkaji tenaga kerja pariwisata perlu memperhatikan aspek-aspek/dimensi: (1) bursa dan arus, (2) kuantitas dan kualitas, (3) pekerjaan dan pendidikan, dan (4) iklim makro dan mikro. Dimensi arus mengacu pada penyediaan tenaga kerja selama kurun waktu tertentu, sedangkan bursa mengacu pada berapa banyak tenaga kerja yang tersedia untuk memasok permintaan dan kebutuhan industri. Mekanisme keduanya perlu diatur agar terjadi keseimbangan dan menghilangkan ekses demand maupun ekses supply. Sedangkan dimensi kuantitas dan kualitas mengacu kepada jumlah orang yang tersedia dengan kualifikasi/keahlian, tertentu yang dipersyaratkan untuk mengisi suatau jabatan pekerjaan. Adapun dimensi kualitatif mengacu pada karakteristik penyediaan tenaga kerja berdasarkan spesialisasi keahlian, tingkatan kemampuan, pengalaman kerja dan kualitas pelatihan, kecerdasan dan motivasi. Sementara itu, pekerjaan mengacu pada deskripsi peran dan fungsi yang dimainkan. Pada kenyataannya tidak semua yang bekerja di sektor pariwisata, memiliki kualifikasi pendidikan yang sesuai, oleh karena itu, pekerjaan tidak sesuai dengan kualifikasi pendidikannya. Akhirnya dalam keadaan apapun faktor lingkungan baik lingkungan mikro (industri) maupun lingkungan makro yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung akan menentukan jumlah dan jenis tenaga kerja pariwisata. Karakteristik Tenaga Kerja Sektor PariwisataMasalah umum ketenagakerjaan sektor hospitaliti dan pariwisata di wilayah Asia Pasifik adalah mengalami kekurangan tenaga kerja yang terampil, di samping ketidakmampuan untuk berkompetisi dengan industri lain dalam hal upah dan kondisi kerja. Hal ini terjadi karena karakteristik kunci lapangan pekerjaan bidang pariwisata yaitu[14]: a Tingginya mobilitas tenaga kerja dan perputaran pekerja; a Penekanan pada pekerjaan kasual dan musiman; a Sektor tenaga kerja intensif dengan keterampilan yang beragam; a Dominasi oleh usaha kecil; a Proporsi yang tinggi dalam pekerja muda dan tidak terampil; a Upah rendah atau pembayaran yang tidak mencukupi bila dibandingkan sektor ekonomi lainnya; a Waktu kerja yang panjang dan atau tidak ramah; dan a Kurangnya pengembangan karir dengan rendahnya penekanan pada pelatihan. ILO (2003) mengidentifikasi gambaran umum tentang tenaga kerja pariwisata di Asia Pasifik antara lain (1) rendahnya citra dan tidak menarik, (2) mayoritas tenaga kerja perempuan, (3) mobilitas tinggi (4) kurang trampil dan (5) mayoritas usaha kecil dan menengah. Sementara The Eurostat (2008[15]) telah melakukan studi tentang pola tenaga kerja pada hotel, restoran dan katering, dan menyimpulkan bahwa (1) sangat banyak mempekerjakan kaum wanita, (2) pekerja dengan tingkat pendidikan rendah dan (3) tenaga kerja usia muda di bawah 25 tahun serta (4) lebih banyak kerja paruh waktu. Karena karakteristiknya yang kompleks tersebut, maka untuk memperoleh gambaran umum tenaga kerja pariwisata dapat ditinjau dari lima perspektif yaitu[16]: (1) aksesibiliti, (2) fleksibiliti (3) remunerasi dan kondisi kerja (4) mobiliti (5) ukuran bisnis. Aksesibiliti. Industri pariwisata dan industri terkait pariwisata cenderung untuk mengakomodasi pekerja dengan berbagai keterampilan meskipun tingkat keterampilan tidak selalu tinggi. Kualifikasi pekerjaan mereka lebih sosial daripada teknis dalam arti bahwa karyawan harus tahu bagaimana berhubungan dengan orang, dan sulit bagi mereka untuk mengembangkan teknik standardisasi. Selain itu, pelanggan ikut terlibat dalam pengelolaan karyawan (Rodriguez dan Turegano 2003). Karena hal tersebut, maka aksesibiliti akan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan terakhir, lowongan kerja, kelompok usia, persyaratan rekrutmen (pengalaman, kualitifikasi, tingkat pendidikan, keterampilan berkomunikasi). Fleksibiliti. Industri pariwisata sangat sensitif terhadap kondisi musiman dan variasi periodik, sehingga permintaan tenaga kerja cenderung “cepat menghilang”. Akibatnya permintaan tenaga kerja cenderung tidak pasti. Oleh karena itu, pemanfaatan tenaga kerja musiman, paruh waktu, outsorsing menjadi pilihan dan relatif fleksibel bagi perusahaan. Namun, ini menciptakan efek negatif terhadap keamanan kerja, prospek karir dan upah kerja, hubungan kerja informal dengan pihak perusahaan (Baldacchino 1997). Remunerasi dan kondisi kerja. Menurut ILO (2003), citra sektor pariwisata, khususnya perhotelan, agak rendah dan dianggap tidak menarik. Pekerjaan di hotel dan restoran dianggap memberikan upah rendah, jam kerja tidak ‘manusiawi’, shift kerja, kerja selama masa liburan, dan kadang-kadang sebagai bekerja jauh dari rumah di resor terpencil. Banyak pekerja di sektor ini yang dikatakan terisolasi secara fisik, terpisah dari masyarakat umum. Namun, ada manfaat non-materi seperti akomodasi, tips, pelatihan, kenyamanan dalam jam kerja yang menyebabkan karyawan bertahan kerja. Mobiliti. Mobiliti tenaga pariwisata sangat tinggi termasuk pekerjaan, penduduk, antar industri dan geografis. Adapun mobilitas geografis mencakup impor tenaga kerja asing baik yang trampil maupun tidak trampil. Karena sifat mobilitas yang tinggi, maka turnover karyawan dan proporsi pekerja dari luar wilayah menjadi cukup tinggi. Ukuran bisnis. Demikian pula ukuran bisnis akan berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja pariwisata. banyaknya usaha kecil dan menengah, dan sektor informal di bidang pariwisata, sangat memungkinkan kemudahan untuk keluar-masuk industri ini. Industri pariwisata didominasi oleh perusahaan kecil dan menengah (SMEs), sebagai contoh di negara-negara OECD, usaha hotel, restoran, dan agen perjalanan menyerap 60% tenaga kerja sektor pariwisata[17]. Kuantitas PermintaanIndustri hospitaliti dan pariwisata menghasilkan tenaga kerja lebih dari 230 juta tenaga kerja langsung atau 8,1% dari tenaga kerja global[18]. Perempuan mecapai 70% dari angkatan kerja di sektor pariwisata, dan separuh pekerja berusia 25 atau ke bawah. Mereka bekerja baik permanen maupun paruh waktu pada subsektor lodging, penerbangan, agen perjalanan, operator tour dan lain-lain. Di negara-negara OECD, pertumbuhan tenaga kerja pariwisata sebesar 2,2% (2002/2007) dengan proporsi 6% terhadap total tenaga kerja. Sementara itu, jumlah tenaga kerjanya mencapai 31,6 juta (2008) yang sangat melimpah dan tekonsentrasi pada industri restoran dan jasa makanan dan minuman[19]. Di negara-negara ASEAN, total tenaga kerja pariwisata mencapai 22,66 juta dengan proporsi 9,48% terhadap total tenaga kerja tahun 2009. Walaupun terjadi pertumbuhan negatif pada tahun tersebut, pada di beberapa negara anggota mengalami pertumbuhan doble digit[20]. Di antara negara anggota, proporsi tenaga kerja pariwisata di Cambodia tumbuh dengan pesat selama 10 tahun terakhir, walaupun dari segi jumlah jauh di bawah negara-negara lainnya. Di Singapura mengalami lonjakan permintaan tenaga kerja di pariwisata, terutama dengan pembangunan dua resor terpadu dan beberapa event untuk menarik wisatawan internasional. Untuk pengembangan tenaga kerjanya pemerintah menyiapkan investasi S$360.000.000 termasuk melatih 74.000 pekerja agar dapat menopang pertumbuhan sektor pariwisata dalam tiga tahun ke depan. Di samping itu, Singapura merencanakan 50.000 hingga 60.000 pekerjaan baru dalam industri pariwisata, dengan berbagai jenis pekerjaan dari manajer dan akuntan, pelayan restaurant, event organizer, petugas pengawasan dan juru masak. Di Malaysia, Asosiasi Budget Malaysia, memperkirakan 10 ribu tenaga kerja trampil bidang pariwisata sampai tahun 2012, terutama untuk mengisi pertumbuhan hotel dan restoran baik hotel resor maupun hotel bisnis. Contoh di negara tetangga ASEAN yaitu Macao, sekitar 156 ribu orang atau sekitar 85% kesempatan kerja diciptakan oleh sekitar 27 juta wisatawan internasional (2008). Kebutuhan sekitar 66 ribu untuk usaha wholesaler dan ritel bidang perhotelan dan jasa makanan dan minuman[21]. Dari negara-negara Timur Tengah permintaan tenaga kerja pariwisata mencapai 1360 orang setiap semester, untuk tenaga operasional perhotelan dan makanan dan minuman. Sementara itu, untuk mengisi kebutuhan tersebut, mereka mengisi dengan siswa on the job training dari Asia termasuk dari Indonesia. Sebagai contoh, untuk tahun 2007-2009 satu hotel resort membutuhkan 250 orang tenaga trainee dari Indonesia. Employability: Kompetensi yang dibutuhkanHasil-hasil penelitian lebih dari lima tahun terakhir, menunjukkan bahwa institusi pendidikan tinggi menghadapi isu dan tantangan globalisasi, kompetisi dan ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge economy). Laporan utama Konsorsium Universitas di Inggris (2007) mengidentifikasi cepatnya perubahan pasar kerja lulusan yang meliputi: (1) berubahnya struktur industri dan bisnis komersial terutama munculnya kekuatan-kekuatan baru yang kecil-kecil dan organisasi bisnis yang responsif, (2) banyak lulusan yang bekerja pada organisasi/bisnis kecil, menjadi bekerja sendiri atau kombinasi, part-time, atau bekerja paruh waktu dengan freelance. (3) adanya reformasi sektor publik terutama pemerintah yang mendorong untuk meningkatkan kinerja dan akuntabilitas. Derasnya arus perubahan tersebut menuntut adanya transformasi dalam menyiapkan lulusan. Institusi tidak hanya menghasilkan keterampilan akademis yang secara tradisional dihasilkan dari mata kuliah pada program studi dan gelar yang dicapai, melainkan harus lebih eksplisit berusaha mengembangkan apa yang disebut sebagai ‘key’, core’, ‘transferable’ and/or ‘generic’ skills yang dibutuhkan oleh berbagai bidang dan tingkat pekerjaan (Godwin, C, 2006). Agregat dari berbagai keterampilan yang dimiliki lulusan sering disebut sebagai employability skills. Dari sudut pandang industri, ‘employability skill’ mengacu pada kesiapan untuk bekerja (work-readiness), yaitu memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan memahami bisnis yang memungkinkan para lulusan baru memberikan kontribusi produktif terhadapa tujuan-tujuan organsisasi segera setelah memulai bekerja. Sementara itu Overtoon (2000) mendefinisikan employability skills sebagai “transferable core skill groups that represent essential functional and enabling knowledge, skills and attitudes required by the 21st century workplace… necessary for career success at all levels of employment and for all levels of education”. Yorke (2004) mendefinisikan employability sebagai “A set of achievements – skills, understandings and personal attributes – that make graduates more likely to gain employment and be successful in their chosen occupations, which benefits themselves, the workforce, the community and the economy.” Secara umum, employability skill terdiri atas (1) Keterampilan akademis (2) keterampilan pengembagan diri dan (3) keterampilan bisnis. a Keterampilan akademis (academic skills): meliputi pengetahuan sepesialis, kemampuan menerapkan pengatahuan, berpikir logis, analisis secara kritis, penyelesaian masalah, komunikasi lisan dan tulisan, kemampuan menggunakan data numerik, literasi komputer dan keterampilan meneliti. a Keterampilan penggembangan diri (personal development skills): meliputi percaya diri, disiplin diri, keyakinan diri, menyadari kekuatan dan kekurangan diri, kreativiti, mandiri, pengetahuan atas hubungan internasional, keinginan untuk belajar, kemampuan refleksi, integritas, jujur dan hormat kepada orang lain. a Keterampilan bisnis (enterprise or business skills): mencakup keterampilan entrepreneurial, kemampuan untuk memprioritaskan tugas, manajemen waktu, keterampilan interpersonal, keterampilan presentasi, kemampuan bekerja dalam tim, leadership, commercial awareness, fleksibel, inovator, independence dan risk-taking. Kesimpulan untuk ketiga bidang di atas, diperlukan oleh industri sebagimana hasil penelitian yang menunjukkan bahwa aspek-aspek soft-skill yang diperlukan di industri hospitaliti dan pariwisata dirinci menurut kepentingannya, komunikasi merupakan unsur yang sangat penting yang harus dimiliki setiap lulusan. Tabel 2. Merupakan hasil penelitian mengenai kompetensi yang digunakan oleh industri untuk beberapa bidang pekerjaan. Tabel 2. Competencies Use by Industries[22]
Skill Gain Study, Massachusetts. Univ. Tabel 3. Urutan 10 besar Keterampilan dan Kemampuan Penting bagi Lulusan yang direkrut berdasarkan ukuran organisasi (%)[23]
Dalam upaya internasionalisasi lulusan, ada baiknya mempelajari kompetensi penting yang dibutuhkan oleh industri yang berafiliasi dengan internasional atau tidak. Tabel berikut merupakan hasil riset yang menggambarkan tingak kepentingan keterampilan. Tabel 4. Urutan 10 besar Keterampilan dan Kemampuan Penting bagi Lulusan yang direkrut oleh perusahaan berafiliasi internasional (%)[24]
Profil Lapangan KerjaSetiap tahun, diperkirakan lebih dari 2.000 orang lulus dari perguruan tinggi pariwisata. Berdasarkan sampel di lima perguruan tinggi terkemuka di Jakarta dan Jawa Barat, rata-rata masa tunggu lulusan dalam memperoleh pekerjaan kurang tiga bulan setelah lulus, mecapai 80 persen. Di samping itu, diperkirakan lebih dari 30.000 lulusannya tersebar di berbagai bidang pekerjaan di industri pariwisata, baik di dalam maupun di luar negeri. Lingkup pekerjaan yang ditekuni para lulusan biasanya pada bidang perhotelan, perestoranan, katering, atraksi wisata, pengelolaan akomodasi, kapal pesiar, biro dan agen perjalanan, industri pertemuan/perhelatan dan lain-lain. Produktifitas lulusan perguruan tinggi per tahun diperkirakan mencapai sekitar 18.700, orang dengan asumsi 100 orang setiap per angkatan pergi ke luar negeri[25]. Sebagai industri global, sektor pariwisata membutuhkan tenaga kerja internasional. Suatu hotel chain internasional misalnya, yang dibuka di berbagai negara memerlukan tenaga kerja yang memiliki silang budaya (cross culture). Jenis dan tingkat pekerjaan yang relatif beragam membutuhkan tenaga kerja yang beragam pula. Ambil contoh permintaan tenaga kerja pada tahun 2007/2008, paling tidak tercatat lebih dari 66 ribu kesempatan kerja melalui job order Depnaker. Jumlah tersebut belum termasuk permintaan langsung dari international recruitment agency kepada institus-institusi pendidikan. Beberapa contoh permintaan tenaga kerja dari luar negeri seperti pada tabel berikut: Tabel 5. Permintaan Tenaga Kerja dari Luar Negeri untuk Industri Hospitaliti dan Pariwisata tahun 2007/2008[26]
Berbagai jabatan pekerjaan yang diperlukan di luar negeri, untuk kategori hotel, restoran dan perjalanan wisata, di negara-negara OECD seperti pada tabel berikut: Tabel 6. Beberapa Jenis dan Jenjang Pekerjaan di Luar Negeri
Sumber: Hospitality and Tourism Career Cluster, 2006. Sementara itu, beberapa situs rekrutmen online dari berbagai negara mengindikasikan pekerjaan-pekerjaan yang paling banyak dicari untuk sektor hospitaliti dan pariwisata adalah pada bidang-bidang makanan dan minuman termasuk restoran, dan tenaga kerja perhelan dengan jabatan pekerjaan sebagai berikut[27]:
Sementara itu, untuk negara-negara ASEAN tenaga kerja yang hospitaliti yang dibuka untuk seluruah anggota, melalui kesepakatan Mutual Recognition Arrangement (MRA) dengan acuan ASEAN Common Competency Standards for Tourism Professional (ACCSTP). Secara umum jabatan-jabatan yang disepakati adalah sebagai berikut:
Namun masalah yang dihadapi Indonesia adalah kesiapan untuk menghadapi MRA 2015 nanti. Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata, sepertinya harus “berjuang sendirian” menghadapi masalah ini, misalnya dengan mensertifikasi tenaga kerja profesional, menyediakan assesor dan assesor licensi, namun itu pun masih jauh dari memadai. Masalah lain adalah kesadaran stakholder lainnya termasuk industri dan lembaga pendidikan sebagai penyedia tenaga kerja trampil. Pentingnya Informasi Tenaga KerjaInformasi ketenaga kerjaan hospitaliti dan pariwisata, baik dari segi permintaan maupun penawaran sangat diperlukan untuk mengatisipasi mobilitas tenaga kerja global. Informasi tersebut paling tidak menyangkut pilihan pendidikan, kebijakan rekrutmen dan arus tenaga kerja. Beberapa contoh informasi tentang rekrutmen online luar negeri sebagai berikut: · Best Food Jobs -- a job site dedicated to the food service and restaurant industry, where job-seekers can search for jobs (by location, job type) as well as post your resume. No cost to job-seekers. · ClubJobs.net -- where job-seekers who are seeking employment in the sports/recreation field (tennis, golf, health, yacht, and country clubs) can search job listings (by location, club type, and job type), as well as post your resume and cover letters (up to 25 versions of each), and register for a job-matching service. Free to job-seekers. · Daytona Beach Area: Careers in Tourism -- where job-seekers can find career, educational, and job listings in the Halifax Hospitality industry. Jobs from entry-level to management. Free to job-seekers. · FoodandDrinkJobs.com -- the online job site for professionals in the food and beverage industry. Job-seekers can browse or search for job listings (by keyword, location, industry, job function), create a job-search agent, and post your resume. The site includes all types of job postings -- entry-level, full-time, part-time, and international. Free to job-seekers. · FoodIndustryJobs.com -- designed to help job-seekers find any type of food industry related job at any level across the U.S. You can search by the type of job and by location, post your resume (with a confidentiality feature), and use their Career Scout -- a job matching service. Also includes an employer and recruiter directory. Free to job-seekers. · hcareers.com -- a recruiting and job opportunity site for the hospitality industry. Job-seekers can search through thousands of hotel, restaurant, casino, resort, chef, cruise ship, catering, and all other hospitality jobs and/or post your resume (including an option to post your resume confidentially). Free to job-seekers. · Hospitality Resource Network -- a great site for job-seekers looking for work in hotels, restaurants, bars, casinos, and resorts. Job-seekers can search job listings (by location and job type), post your resume, as well as career advice. No cost to job-seekers. · HotelJobs -- a great site for hospitality professionals, where job-seekers can search for jobs in hotels, cruise ships, restaurants, casinos, resorts, and all other areas of the hospitality industry. You can also post your resume, register for a job search agent, and review company profiles. No cost to job-seekers. · Hotel Travel Jobs -- a job site for job-seekers searching for employment in the hospitality industry, where you can search job listings in the hospitality industry (including hotels, catering, restaurants, clubs, cruise ships, travel agencies, and more) -- from entry level positions to hotel management jobs -- as well as post your resume. No cost to job-seekers. · Meetingjobs.com Jobboard -- for job-seekers in the meetings and special events industry. Job-seekers can search jobs, post your resume, and subscribe to a jobs by email program -- but only after registration. Also includes links to various types of career resources. Free to job-seekers. · needwaitstaff.com -- a great resource for job-seekers looking for waitstaff jobs. Job-seekers can post your resume, preview restaurant job openings in your area -- or around the country, and directly contact employers. Free to job-seekers. · Resort Jobs -- where job-seekers can search for jobs in ski resorts, national parks, resort hotels, club med and destination clubs, beach resorts, adventure tours, and cruise ships. · Restaurant Recruit -- a niche job site for the restaurant industry, also focusing on diversity recruitment, where job-seekers can search job ads (by position, location), post your resume, browse recruiting events, and find diversity links. No cost to job-seekers. · StarChefsJobFinder.com -- where job-seekers can post your resume or browse/search through job postings from culinary employers that include all types, such as chef, restaurant manager, food & beverage director, bar manager, and more. Also includes a career center. Free to job-seekers. · traveljobz.net -- where job-seekers in the travel, hospitality, tourism, and leisure industries can search for a wide variety of jobs or post your resumes. Free to job-seekers. · WineandHospitalityJobs.com -- where job-seekers interested in working in all aspects of the wine/spirits/beer and hospitality industry can search for jobs (by job type and keywords), review the job openings of featured employers, and upload your resume or personal profile. Free to job-seekers. Informasi seperti tersebut secara ofisial dari pemerintah belum memadai. Saat ini informasi kesempatan kerja disediakan oleh swasta seperti “jobec”, “jobdb”, dan lain. Dalam hal ini peran BNP2TK sangat dibutuhkan untuk mendistribusikan informasi baik permintaan dari luar negeri maupun ketersediaan tenaga kerja dari dalam negeri.
Penyediaan tenaga kerja harus disiapkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan luar negeri. Untuk kepentingan dalam negeri diharapkan dapat mengisi kesempatan kerja bidang perhotelan, restoran dan katering, usaha perjalanan, dan atraksi wisata, di samping menciptakan lapangan kerja dengan membuka usaha bidang-bidang layanan makanan dan minuman, hiburan, agen perjalanan, pengelolaan acara dan sebagainya. Selain itu, lulusan pendidikan tinggi diharapkan dapat menjadi peneliti, pencipta, dan pemikir dan pengembang pariwisata. Untuk kepentingan luar negeri, umumnya perguruan tinggi pariwisata mempunyai jaringan dengan industri di luar negeri, baik untuk kepentingan bekerja maupun praktik kerja lapangan. Selama menjalani studi, mahasiswa harus melakukan magang/internship di luar negeri, mulai satu semester sampai empat semester. Selama magang, mereka memperoleh jaminan akomodasi dan meperoleh allowance. Setelah lulus studi, banyak alumni pendidikan tinggi pariwisata bekerja di luar negeri melalui jaringan hotel internasional, kapal pesiar dan lodging lainnya. Dengan bekerja di luar negeri sebagai tenaga profesional, sudah dipastikan mereka memasukan devisa ke dalam negeri. Oleh karena itu, upaya percepatan dan perluasan tenaga kerja pariwisata profesional menengah ke luar negeri akan sangat menguntungkan dalam perolehan devisa negara dari ekspor non migas[28]. Pendidikan Pariwisata Indonesia dibuka pada jalur non formal dan jalur formal dari tingkat SLA (SMK Pariwisata) sampai Pendidikan Tinggi, dengan program studi Perhotelan dan Perjalanan Wisata. Terdapat 415[29] sekolah pariwisata setingkat sekolah kejuruan (SMK), terbanyak di Jawa Timur (82 SMK), disusul DKI Jakarta (53) dan Bali hanya memiliki 23 SMK Bidang Pariwisata. Adapun jumlah siswa peserta didik pada SMK Pariwisata sebanyak 174.726 orang siswa, dengan populasi tertinggi di Jawa Timur (35.399 siswa), sementara Bali sebagai barometer pariwisata hanya memiliki 9.285 siswa. Sementara itu, Perguruan Tinggi pariwisata di Indonesia berkembang cukup pesat setelah pengakuan pariwisata sebagai ilmu mandiri. Pada tahun 2008, Dikti mencatat 187 program studi yang membuka bidang perhotelan dan perjalanan wisata (100 Perhotelan, 87 Pariwisata). Namun setelah pariwisata diakui sebagai ilmu mandiri, pertumbuhan program studi mencapai 12% atau sejumlah 213 program studi[30]. Populasi mahasiswa pada perguruan tinggi pariwisata akhir tahun 2009 tercatat 19.936 orang pada berbagai program studi dan tingkatan. Jumlah tersebut memberikan kontribusi Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan pariwisata sebesar 0,617% (Nasional 17,26%). Tabel 7. Gambaran Umum Pendidikan Tinggi pariwisata di Indonesia, (per November 2009)
Bila dikaitkan dengan pasokan sumberdaya manusia pariwisata, maka ketersediaan calon tenaga kerja Indonesia diperkirakan mencapai 194 ribu lebih pada akhir tahun 2009. Apabila produktifitas kelulusan kita anggap 10 persen, maka sekitar 19,4 ribu orang akan masuk ke pasar kerja. Angka angka di atas adalah perkiraan kuantitatif di atas kertas, pada kenyataanya di lapangan, jumlah tersebut tidak siap untuk bersaing di pasar kerja, karena dihadpkan pada berbagai permasalahan antara lain: · Kurangnya kualifikasi dan kompetensi lulusan berstandar internasional termasuk kemampuan manajerial, · Belum optimalnya pemanfaatan ICT dalam sistem distribusi informasi mengenai peluang dan kesempatan kerja pariwisata baik di dalam maupun di luar negeri, yang mana informasi tersebut dapat digunakan untuk pembaharuan proses pembelajaran, · Belum disahkannya qualification framework yang memungkinan multi-entri-multiexit pada pendidikan pariwisata, · Belum optimalnnya sistem sertifikasi kompetensi yang ada saat ini, · Belum adanya perencanaan tenaga kerja nasional bidang pariwisata, padahal penyerapan tenaga kerjanya sangat besar baik yang direct maupun indirect, · Belum meratanya kualitas pembelajaran, karena masih rendahnya kualifikasi tenaga pendidik bidang pariwisata, · Belum diterapkanya standar minimum sarana-prasarana pendidikan pariwisata, · Belum adanya roadmap pola pendidikan dalam rangka persiapan menghadapi ASEAN Community, seperti MRA 2015, · Belum berimbangnya komposisi ‘produksi’ (70% D3), padahal banyak permintaan tenaga kerja di luar negeri yang mempersyaratkan bachelor.
Memperhatikan kondisi dan situasi seperti di atas, maka perlu adanya hubungan yang sangat erat antara penyedia tenaga kerja, pendistribusian dan penyedia lapangan kerja. Hubungan tersebut tidak hanya terbatas pada pertukaran informasi, melainkan koordinasi dan sinkronisasi penawaran dan permintaan tenaga kerja. Penyedia tenaga kerjaLembaga pendidikan dan pelatihan sebagai penyedia tenaga kerja sangat memerlukan informasi mengenai ketersediaan lapangan kerja, kualifikasi dan kompetensi yang diperlukan, dan periodisasi. Terutama dalam hal kualifikasi dan kompetensi, sangat diperlukan untuk updating proses. Selanjutnya lulusan memerlukan pengakuan atas kemampuan yang dimilikinya, oleh karena itu sertifikasi, lisensi dan akreditasi perlu dilakukan terhadap penyedia tenaga kerja tersebut. Pendistribusi/intermediariesSelama ini pendistribusian tenaga kerja baik di dalam maupun ke luar negeri, selain langsung antara industri dengan tenaga kerja, maupun industri dengan institusi penghasil tenaga kerja, juga dimediasi oleh agen-agen tenaga kerja. Dalam hal penempatan tenaga kerja ke luar negeri, yang di maksud di sini adalah bagaimana lulusan pendidikan pariwisata dapat ditempatkan di luar negeri sebagai skilled atau ditempatkan sekurang-kurangnya pada level supervisory. Tujuan utamanya adalah untuk mengisi kebutuhan tenaga kerja yang jumlah nya sangat terbuka luas. Hanya saja beberapa kendala yang harus di perbaiki antara lain: a Komunikasi dan pengusasaan bahasa asing, a Tingkat percaya diri yang masih rendah, a Semangat kompetisi dan mental juara masih kurang, a Daya juang dan rasa kebanggaan terhadap jati diri bangsa Indonesia cukup rendah, a Kesenjangan kualitas lulusan perguruan tinggi pariwisata Indonesia masih cukup besar, yang disebabkan karena ketersediaan sarana prasarana pembelajaran. Untuk itu maka perlu dibangun kerjasasama yang difasilitasi oleh pemerintah dalam peningkatan kualitas secara berimbang, melalui beberapa kegiatan diantaranya: a Menetapkan standar minimun kelulusan bahasa Inggris pada setiap pendidikan tinggi agar terpacu untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris. a Menetapkan standar minimum proses pembelajaran dan sarana pembelajaran termasuk standar minimum laboratorium praktik, untuk mengurangi gap yang sangat besar antar perguruan tinggi, a Menyediakan fasilitas ajang kompetisi dalam rangka meningkatkan semangat berkompetisi dan sarana uji kompetensi lulusan, melalui Lomba Kompetensi Mahasiswa (LKM) bidang Hospitaliti dan Pariwisata. Seperti memfasilitasi kompetisi kukeri dan patiseri, penyajian makanan dan minuman dan lomba kemampuan berbahasa asing, bahkan kompetisi sampai tingkat internasional. Dalam rangka penempatan trainee dan lulusan ke luar negeri, yang menyangkut keterlibatan berbagai pihak, maka perlu dibentuk suatu jaringan (misalnya university global connection) yang merupakan simpul utama dalam penempatan lulusan ke luar negeri. Suatu jaringan kerja sama yang dibentuk dalam suatu wadah yang di dalamnya terdiri atas pihak industri, perguruan tinggi dan pemerintah. Tugas utama dari jaringan ini antara lain (1) mengidentifikasi klaster kompetensi yang dibutuhkan oleh industri di luar negeri, (2) memfasilitasi penyiapan dan akselerasi dan penambahan soft skill (3) menempatkan trainee dan lulusan ke luar negeri. Pihak industri berperan dalam membantu menempatkan trainee dan lulusan dan penetapan standar kebutuhan industri. Sementara pihak akademisi menyesuaikan dan meng-update kurikulum dan proses pembelajaran. Adapun pemerintah memfasilitasi terjalinnya hubungan ketiga pihak tersebut. Pihak industri dan perguruan tinggi yang selama ini menjalin hubungan dengan luar negeri dikoordinasikan agar kerjasama dapat diperluas dan ditingkatkan mengingat permintaan dari luar negeri banyak yang belum terpenuhi. Dengan adanya Global Connection, diharapkan jumlah lulusan pendidikan pariwisata yang terserap ke luar negeri dapat terpantau, sehingga dapat mengukur tingkat keterserapan lulusan oleh industri. Di samping itu, pemerataan kesempatan untuk ke luar negeri bagi lulusan juga dapat berjalan dan memilik kekuatan tawar menawar yang seimbang dengan pihak patner di luar negeri, sehingga jaringan ini dapat: a Membangun peluang networking dengan institusi patner di luar negeri, a Mempromosikan lulusan pendidikan pariwisata ke luar negeri, a Mengidentifikasi peluang kerja, profesi, kualifikasi dan kompetensi yang dibutuhkan oleh industri luar negeri yang terkait dengan lulusan pendidikan tingi pariwisata, a Mempelajari secara langsung pencapaian tertinggi dalam bidang ilmu pariwisata yang telah terselenggara maupun dikembangkan di luar negeri, a Menyusun prioritas program kerja pengembangan bidang ilmu pariwisata berdasarkan informasi benchmarking.
Dengan disusunnya paper ini diharapkan menjadi informasi yang berguna bagi pengembangan sumberdaya manusia pariwisata. Lulusan pendidikan pariwisata yang saat ini memasok pasar tenaga kerja luar negeri, diharapkan dapat lebih meningkat di masa yang akan datang melalui program-program yang difasilitasi Pemerintah khsusnya BNP2TKI. |